Membangun Kecerdasan Emosional: 4 keterampilan utama untuk meningkatkan EQ Anda

Membangun Kecerdasan Emosional: 4 keterampilan utama untuk meningkatkan EQ Anda

Mysuku.com - Keterampilan yang membentuk kecerdasan emosional dapat dipelajari kapan saja. Namun, penting untuk diingat bahwa ada perbedaan antara hanya belajar tentang EQ dan menerapkan pengetahuan itu dalam hidup Anda. Hanya karena Anda tahu Anda harus melakukan sesuatu tidak berarti Anda akan melakukannya terutama ketika Anda menjadi diliputi oleh stres, yang dapat mengesampingkan niat terbaik Anda. Untuk mengubah perilaku secara permanen dengan cara yang berdiri di bawah tekanan, Anda perlu belajar bagaimana mengatasi stres pada saat itu, dan dalam hubungan Anda, agar tetap sadar secara emosional.
Keterampilan kunci untuk membangun EQ Anda dan meningkatkan kemampuan Anda untuk mengelola emosi dan terhubung dengan orang lain adalah:

1.       Manajemen diri
Agar Anda dapat melibatkan EQ Anda, Anda harus dapat menggunakan emosi Anda untuk membuat keputusan konstruktif tentang perilaku Anda. Ketika Anda menjadi terlalu stres, Anda dapat kehilangan kendali atas emosi Anda dan kemampuan untuk bertindak secara bijaksana dan tepat.
Pikirkan saat ketika stres membuat Anda kewalahan. Apakah mudah untuk berpikir jernih atau membuat keputusan yang rasional? Mungkin tidak. Ketika Anda menjadi terlalu stres, kemampuan Anda untuk berpikir secara jernih dan akurat menilai emosi Anda sendiri dan orang lain menjadi terganggu.
Emosi adalah bagian penting dari informasi yang memberi tahu Anda tentang diri Anda dan orang lain, tetapi dalam menghadapi tekanan yang membawa kita keluar dari zona nyaman kita, kita dapat menjadi kewalahan dan kehilangan kendali atas diri kita sendiri. Dengan kemampuan mengelola stres dan tetap hadir secara emosional, Anda dapat belajar menerima informasi yang menjengkelkan tanpa membiarkannya mengalahkan pikiran dan kendali diri Anda. Anda akan dapat membuat pilihan yang memungkinkan Anda mengendalikan perasaan dan perilaku impulsif, mengelola emosi Anda dengan cara yang sehat, mengambil inisiatif, menindaklanjuti komitmen, dan beradaptasi dengan perubahan keadaan.


2.       Kesadaran diri
Mengelola stres hanyalah langkah pertama untuk membangun kecerdasan emosional. Ilmu kelekatan menunjukkan bahwa pengalaman emosional Anda saat ini kemungkinan merupakan cerminan pengalaman awal Anda. Kemampuan Anda untuk mengelola perasaan inti seperti kemarahan, kesedihan, ketakutan, dan kegembiraan seringkali tergantung pada kualitas dan konsistensi pengalaman emosional awal kehidupan Anda. Jika pengasuh utama Anda sebagai bayi memahami dan menghargai emosi Anda, kemungkinan emosi Anda telah menjadi aset berharga dalam kehidupan dewasa. Tetapi, jika pengalaman emosional Anda sebagai seorang bayi membingungkan, mengancam atau menyakitkan, kemungkinan Anda telah mencoba menjauhkan diri dari emosi Anda.
Tetapi bisa terhubung dengan emosi Anda memiliki koneksi momen ke momen dengan pengalaman emosional Anda yang berubah adalah kunci untuk memahami bagaimana emosi memengaruhi pikiran dan tindakan Anda.
  • Apakah Anda mengalami perasaan yang mengalir, bertemu emosi satu demi satu ketika pengalaman Anda berubah dari waktu ke waktu?
  • Apakah emosi Anda disertai dengan sensasi fisik yang Anda alami di tempat-tempat seperti perut, tenggorokan, atau dada?
  • Apakah Anda mengalami perasaan dan emosi individu, seperti kemarahan, kesedihan, ketakutan, dan kegembiraan, yang masing-masing terbukti dalam ekspresi wajah yang halus?
  • Bisakah Anda mengalami perasaan yang kuat yang cukup kuat untuk menarik perhatian Anda dan orang lain?
  • Apakah Anda memperhatikan emosi Anda? Apakah mereka menjadi faktor dalam pengambilan keputusan Anda?


Jika salah satu dari pengalaman ini tidak dikenal, Anda mungkin telah "menolak" atau "mematikan" emosi Anda. Untuk membangun EQ dan menjadi sehat secara emosional Anda harus terhubung kembali dengan emosi inti Anda, menerimanya, dan menjadi nyaman dengan mereka. Anda dapat mencapai ini melalui latihan perhatian.

Mindfulness adalah praktik dengan sengaja memusatkan perhatian Anda pada saat sekarang dan tanpa penilaian. Budidaya kesadaran memiliki akar dalam agama Buddha, tetapi sebagian besar agama mencakup beberapa jenis doa atau teknik meditasi yang serupa. Mindfulness membantu menggeser keasyikan Anda dengan pikiran ke arah apresiasi terhadap momen, sensasi fisik dan emosi Anda, dan membawa perspektif yang lebih besar tentang kehidupan. Mindfulness menenangkan dan memfokuskan Anda, membuat Anda lebih sadar diri dalam prosesnya.

3.       Kesadaran sosial
Kesadaran sosial memungkinkan Anda mengenali dan menafsirkan isyarat nonverbal yang biasanya digunakan orang lain untuk berkomunikasi dengan Anda. Isyarat-isyarat ini memberi tahu Anda bagaimana perasaan orang lain, bagaimana keadaan emosi mereka berubah dari waktu ke waktu, dan apa yang benar-benar penting bagi mereka. Ketika sekelompok orang mengirimkan isyarat nonverbal yang serupa, Anda dapat membaca dan memahami dinamika kekuatan dan berbagi pengalaman emosional grup. Singkatnya, Anda empatik dan nyaman secara sosial.

Mindfulness adalah sekutu dari kesadaran emosional dan sosial
Untuk membangun kesadaran sosial, Anda perlu mengenali pentingnya perhatian dalam proses sosial. Lagipula, Anda tidak dapat menerima isyarat nonverbal yang halus ketika berada di kepala Anda sendiri, memikirkan hal-hal lain, atau sekadar membuat zona di ponsel Anda. Kesadaran sosial membutuhkan kehadiran Anda di saat ini. Sementara banyak dari kita bangga pada kemampuan untuk melakukan banyak tugas, ini berarti bahwa Anda akan kehilangan perubahan emosi halus yang terjadi pada orang lain yang membantu Anda memahami mereka sepenuhnya.
  • Anda sebenarnya lebih mungkin untuk memajukan tujuan sosial Anda dengan mengesampingkan pemikiran lain dan berfokus pada interaksi itu sendiri.
  • Mengikuti arus respons emosional orang lain adalah proses memberi dan menerima yang mengharuskan Anda juga memperhatikan perubahan dalam pengalaman emosional Anda sendiri.
  • Memperhatikan orang lain tidak mengurangi kesadaran diri Anda sendiri. Dengan menginvestasikan waktu dan upaya untuk benar-benar memperhatikan orang lain, Anda akan benar-benar mendapatkan wawasan tentang keadaan emosi Anda sendiri serta nilai-nilai dan keyakinan Anda. Misalnya, jika Anda merasa tidak nyaman mendengar orang lain mengungkapkan pandangan tertentu, Anda akan belajar sesuatu yang penting tentang diri Anda.

4.       Manajemen hubungan
Bekerja dengan baik dengan orang lain adalah proses yang dimulai dengan kesadaran emosional dan kemampuan Anda untuk mengenali dan memahami apa yang orang lain alami. Setelah kesadaran emosional dimainkan, Anda dapat secara efektif mengembangkan keterampilan sosial / emosional tambahan yang akan membuat hubungan Anda lebih efektif, bermanfaat, dan memuaskan.

Sadari betapa efektifnya Anda menggunakan komunikasi nonverbal. Tidak mungkin untuk menghindari mengirim pesan nonverbal kepada orang lain tentang apa yang Anda pikirkan dan rasakan. Banyaknya otot di wajah, terutama yang di sekitar mata, hidung, mulut dan dahi, membantu Anda menyampaikan emosi Anda sendiri tanpa berkata-kata serta membaca maksud emosional orang lain. Bagian emosional otak Anda selalu menyala dan bahkan jika Anda mengabaikan pesannya orang lain tidak. Mengenali pesan nonverbal yang Anda kirim ke orang lain dapat memainkan peran besar dalam meningkatkan hubungan Anda.

Gunakan humor dan mainkan untuk menghilangkan stres. Humor, tawa, dan permainan adalah penangkal alami stres. Mereka mengurangi beban Anda dan membantu Anda menjaga segala sesuatunya dalam perspektif. Tertawa membuat keseimbangan sistem saraf Anda, mengurangi stres, menenangkan Anda, mempertajam pikiran Anda dan membuat Anda lebih berempati. Next >>

Belajar melihat konflik sebagai peluang untuk tumbuh lebih dekat dengan orang lain. Konflik dan ketidaksepakatan tidak bisa dihindari dalam hubungan manusia. Dua orang tidak mungkin memiliki kebutuhan, pendapat, dan harapan yang sama setiap saat. Namun, itu tidak perlu menjadi hal yang buruk. Menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat dan konstruktif dapat memperkuat kepercayaan di antara orang-orang. Ketika konflik tidak dianggap sebagai ancaman atau hukuman, konflik memupuk kebebasan, kreativitas, dan keamanan dalam hubungan.