Pahami Profil Risiko Investasi yang Sesuai dengan Gaya Hidup Anda

Setiap orang memiliki tujuan keuangan di masa depan yang berbeda-beda, dimana untuk memenuhi tujuan keuangan diperlukan perencanaan investasi. Pencapaian tujuan keuangan disesuaikan dengan periode jangka waktu yaitu jangka pendek maupun jangka panjang serta besaran dana yang dapat disisihkan, dimana dengan hasil yang diharapkan terkait dengan besarnya tingkat imbal hasil (return). Imbal hasil yang diharapkan akan terkait dengan tingkat risiko yang harus ditanggung. Seseorang juga harus mempertimbangkan toleransinya terhadap risiko. Menurut Redja (2007) risiko adalah suatu ketidakpastian yang menimbulkan lahirnya peristiwa kerugian (loss) yang tidak diinginkan, apabila toleransinya terhadap risiko tersebut diabaikan, maka perencanaan serta pelaksanaannya dapat membuat hidup menjadi tidak tenang akibat risiko yang tidak sesuai dengan profil risikonya.

Apa itu Profil Risiko Investasi?

Sebelum membahas mengenai kecocokan profil risiko investasi dengan gaya hidup, penting untuk memahami apa itu profil risiko investasi. Profil risiko investasi mencakup penilaian terhadap sejauh mana kita siap menerima fluktuasi nilai investasi dalam portofolio kita. Profil risiko biasanya melibatkan tingkat kenyamanan Anda dengan risiko, tujuan keuangan Anda, serta jangka waktu investasi yang Anda pilih.

Profil risiko adalah hal awal yang seharusnya diketahui seseorang untuk mendapatkan jenis investasi yang cocok untuk diri sendiri terutama yang menyangkut dengan harta pribadi. Hal ini seringkali dianggap remeh dan ketika portofolio investasi keluarga sudah terlanjur terbentuk, terjadilah keresahan karena jenis investasi yang tidak cocok dengan profil risiko kepala keluarga. Menetapkan jangka waktu untuk mencapai tujuan keuangan yang dimiliki merupakan faktor penting untuk menentukan jenis investasi yang sesuai. Tujuan harus diurutkan berdasarkan prioritasnya, dengan mengenal profil risiko pribadi sebagai investor keluarga, maka akan lebih mudah menetapkan urutan prioritas diantara beberapa tujuan keuangan seseorang. Dengan mempertimbangkan jangka waktu pencapaiannya, seseorang perlu mengutamakan perencanaan dan usaha pencapaian tujuan keuangan yang memiliki prioritas tertinggi.

Menurut Sunariyah (2004), Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan return di masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Menurut Halim (2005, p.2) Investasi selalu memiliki dua sisi, yaitu return dan risiko. Dalam berinvestasi berlaku hukum bahwa semakin tinggi return yang ditawarkan maka semakin tinggi pula risiko yang harus ditanggung investor. Investor bisa saja mengalami kerugian bahkan lebih dari itu bisa kehilangan semua modalnya. Hal ini mungkin dapat menjelaskan mengapa tidak semua investor mengalokasikan dananya pada semua instrumen investasi yang menawarkan return yang tinggi. Disimpulkan bahwa dalam berinvestasi ada berbagai macam tingkat imbal hasil yang diikuti pula dengan tingkat risikonya, maka sebelum berinvestasi sebaiknya diukur terlebih dahulu profil risiko seseorang untuk dapat memilih jenis investasi yang cocok. Setelah profil risiko kepala keluarga sudah diketahui, disusunlah portofolio jenis investasi yang sesuai dengan profil risiko.

Identifikasi Gaya Hidup dan Preferensi Keuangan Anda

Langkah pertama dalam menentukan profil risiko investasi yang sesuai dengan gaya hidup Anda adalah dengan mengidentifikasi gaya hidup dan preferensi keuangan Anda. Pertimbangkan apakah Anda seorang yang konservatif, moderat, atau agresif dalam mengelola uang Anda sehari-hari. Apakah Anda memiliki tanggungan finansial yang besar? Berapa lama Anda berencana untuk berinvestasi? Faktor-faktor ini akan mempengaruhi profil risiko investasi yang cocok untuk Anda.

Konsep Profiling dan Profil Risiko

Toleransi risiko finansial adalah jumlah maksimum dari ketidakpastian yang bersedia diterima seseorang ketika membuat keputusan finansial (Grable dan Lytton, 1999). Oleh karena itu, risiko finansial merupakan keinginan atau ketidakinginan untuk mengambil bagian yang tidak ada garansi dari tindakan yang diambil.

Sebagai individua tau investor hendaknya mampu memilih rencana investasi yang dilengkapi dengan profil risiko. Dengan mengetahui dan mengukur profil risiko, maka akan diketahui mengenai risk tolerance anda, yaitu tingkat risiko yang bersedia ditanggung oleh individu/ investor dalam melakukan investasi untuk mendapatkan return tertentu.

Personal profiling adalah proses menggunakan metode penilaian kuantitatif dan kualitatif untuk mendapatkan analisis yang akurat dari latar belakang non finansial dari individu dalam rangka memfasilitasi perencanaan keuangan yang optimal (Cheng, Yan, dan Hing, 2009). Profil risiko didefinisikan sebagai suatu proses penentuan tingkat toleransi seorang individu dengan menggunakan alat yang efektif melalui metode psikometrik (Roszkowski, Davey, dan Grable, 2005) dalam Cheng et al. (2009). Metode yang dapat dilakukan adalah memberikan kuesioner pertanyaan kepada klien dan diisi sesuai dengan profil risiko masing-masing.

Terdapat tiga macam profil risiko dalam melakukan investasi yang umumnya dikenal, yaitu:

  1. Profil konservatif, merupakan jenis investor yang menginginkan kestabilan dan kepastian. Profil konservatif tidak menyukai risiko sehingga investor cenderung melakukan investasi seperti properti, tabungan, deposito, dan asuransi.
  2. Profil moderat, merupakan jenis investor yang memiliki toleransi lebih tinggi dibandingkan profil konservatif dalam menghadapi berbagai risiko dengan harapan mendapatkan return yang lebih seimbang. Biasanya profil moderat berinvestasi pada reksadana.
  3. Profil agresif, merupakan jenis investor yang memiliki toleransi risiko tertinggi. Individu profil agresif mengharapkan return yang setinggi tingginya dari investasi yang telah dilakukannya, sehingga dapat dikatakan “high risk, high return”. Pada umumya instrumen investasi berupa saham atau membuka suatu usaha baru (sektor riil).

Definisi Risiko 

Menurut Simandjuntak (2009), ada berbagai macam definisi risiko, antara lain sebagai berikut: 

  • Ketidakpastian akan terjadinya kerugian (risk is uncertainty of loss) adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan (risk is the possibility of an unfortunate occurrence). 
  • Risiko adalah kombinasi dari berbagai hazards (risk is a combination of hazards)
  • Risiko adalah kemungkinan terjadinya kerugian (risk is the possibility of loss

Menurut Hanafi (2009), risiko bisa didefinisikan dengan berbagai cara. Sebagai contoh, risiko bisa didefinisikan sebagai kejadian yang merugikan. Definisi lain yang sering dipakai untuk analisis investasi, adalah kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan. Standar deviasi merupakan alat statistik yang bisa digunakan untuk mengukur penyimpangan, karena itu standar deviasi bisa dipakai untuk mengukur risiko. Risiko muncul karena ada kondisi ketidakpastian.

Tipe-Tipe Risiko Investasi 

Adapun risiko yang selalu muncul dalam berinvestasi adalah sebagai berikut (Manurung, 2008): 

a. Interest-rate risks, yaitu risiko utama yang dihadapi investor, karena kenaikan tingkat bunga akan menurunkan harga obligasi dan tingkat bunga menurun menaikkan harga obligasi. Risiko ini juga sering disebut dengan market risk. 

b. Reinvestment risk, yaitu risiko yang dihadapi investor akibat investasi atas bunga yang diperoleh dari hasil strategi reinvestment. Interest-rate risk dan Reinvestment risk mempunyai efek yang saling menghilangkan (offsetting effect). Strategi yang didasarkan atas efek penghilangan tersebut disebut dengan istilah imunisasi (immunization)

c. Call risk, yaitu risiko yang dihadapi investor, penerbit obligasi mempunyai hak untuk membeli kembali (call) atas obligasi tersebut. Apabila tingkat bunga turun di bawah kupon obligasi dan biasanya penerbit akan menggunakan haknya untuk membeli obligasi tersebut. Investor biasanya dapat mengkompensasikan dengan kenaikan harga, tetapi sangat sulit untuk melakukannya.

d. Default risk, yaitu risiko yang dihadapi investor atau pemegang obligasi dikarenakan obligasi tersebut tidak dapat dibayar pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu, investor harus hati-hati membeli obligasi terutama obligasi yang tidak termasuk dalam investment grade. 

e. Inflation risk, yaitu risiko yang dihadapi investor sebagai akibat dari inflasi, sehingga arus kas yang diterima oleh investor bervariasi dalam kemampuan membeli (purchasing power). 

f. Exchange risk, yaitu risiko yang dihadapi investor akibat adanya pertukaran nilai tukar, biasanya risiko ini akan ditemukan pada obligasi yang berdominasi valuta asing. 

g. Liquidity risk, yaitu risiko yang dihadapi oleh investor saat hendak menjual obligasi tersebut di pasar. Ukuran dari likuiditas dapat diperhatikan dari selisih antara nilai beli dan nilai jual dari obligasi tersebut. h. Volatility risk, yaitu risiko yang dihadapi investor dikarenakan obligasi tersebut dikaitkan dengan opsi yang tergantung pada tingkat bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah volatility dari tingkat bunga.