Biaya Berdasarkan Aktivitas
Pentingnya Biaya per Unit
Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per unit digunakan untuk menilai sediaan, menentukan laba, menyediakan input untuk berbagai keputusan seperti penentuan harga, keputusan membuat atau membeli, dan menerima atau menolak pesanan khusus. Karena pentingnya, keakuratan biaya per unit menjadi suatu isu yang kritis.
Secara konsep, biaya per unit (unit cost) adalah biaya total yang berhubungan yang dengan unit yang diproduksi dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Namun, untuk bisa mengukur total biaya kita harus mendefinisikan biaya produk terlebih dahulu. Ingat bahwa biaya produk tergantung pada tujuan manajerial yang ingin dipenuhi (different costs for different purposes). Misalnya, biaya produk didefinisikan sebagai jumlah dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Definisi ini diperlukan hanya untuk tujuan pelaporan keuangan eksternal. Pengukuran biaya (cost measurement) meliputi penentuan nilai dari bahan baku, tenaga kerja langsung,dan overhead yang digunakan dalam produksi. Adapun proses menghubungkan biaya dengan unit yang diproduksi setelah biaya diukur disebut pembebanan biaya (cost assignment).
Predetermind rate overhead
=
|
Overhead yang dianggarkan
|
Penggunaan aktivitas yang dianggarkan
|
Contoh:
Sebuah perusahaan roda mobil memperkirakan bahwa overhead untuk tahun tersebut adalah Rp75.000.000,00 dan produksi yang diharapkan sebesar 150.000 unit, maka:
Tarif overhead =
|
Rp.
75.000.000
|
= Rp. 500
|
Rp.
150.000
|
Kalkulasi Biaya Produk Tradisional
Dalam sistem biaya tradisional, hanya penggerak aktivitas tingkat unit yang digunakan untuk membebankan biaya pada produk. Penggerak aktivitas tingkat unit (unit level activity driver) adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang diproduksi. Dengan hanya menggunakan penggerak tingkat unit, diasumsikan biaya overhead yang dikonsumsi oleh produk berkorelasi tinggi dengan jumlah unit yang diproduksi. Penggerak aktivitas berdasarkan unit membebankan biaya overhead ke produk melalui tarif pabrik secara menyeluruh maupun departemental. Penggerak tingkat unit yang biasa digunakan antara lain:
- Unit yang diproduksi
- Jumlah jam tenaga kerja langsung
- Jumlah upah tenaga kerja langsung
- Jumlah jam mesin
- Jumlah bahan baku
Setelah menentukan penggerak tingkat unit, langkah selanjutnya adalah memperkirakan tingkat output aktivitas yang akan diukur, yaitu melalui tingkat aktivitas yang diharapkan dan tingkat aktivitas normal. Tingkat aktivitas yang diharapkan adalah ouput yang diharapkan akan dicapai perusahaan di masa yang akan datang, sedangkan tingkat aktivitas normal adalah output aktivitas rata-rata yang merupakan pengalaman perusahaan dalam jangka panjang. Aktivitas normal memiliki keunggulan berupa penggunaan tingkat aktivitas yang sama dari tahun ke tahun sehingga fluktuasi pembebanan biaya overhead per unit dari tahun ke tahun relatif rendah.
Overhead yang dianggarkan
|
Rp360.000.000
|
|
Aktivitas yang diharapkan (dalam
jam TK langsung)
|
100.000
|
|
Aktivitas aktual
(dalam jam TK langsung)
|
100.000
|
|
Overhead aktual
|
Rp380.000.000
|
|
Tarif overhead yang ditentukan terlebih dahulu
|
=
|
overhead yang dianggarkan
|
aktivitas yang diharapkan
|
||
=
|
Rp
360.000.000
|
|
100.000
jam TK Langsung
|
||
=
|
Rp 3600
|
(1) Kalkulasi Biaya per Unit: Tarif Pabrik Menyeluruh
Tanpa kabel
|
Reguler
|
||
Unit yang diproduksi
|
1.000
|
10.000
|
|
Biaya utama
Jam TK Langsung
|
Rp. 78.000.000
10.000
|
Rp. 738.000.000
90.000
|
|
Tanpa
kabel
|
Reguler
|
||
Biaya Utama
|
Rp. 78.000.000
|
Rp. 738.000.000
|
|
Biaya Overhead
Rp3600
x 10.000
|
Rp. 36.000.000
|
||
Rp3600
x 90.000
Total biaya produksi
|
Rp. 114.000.000
|
Rp. 324.000.000
Rp.1.062.000.000
|
|
Unit produksi
Biaya
per unit (total biaya/unit)
|
1.000
Rp.
114.000
|
10.000
Rp.
106.200
|
Diasumsikan Amanah Corp. memiliki dua divisi produksi, yaitu pabrikasi dan perakitan. Divisi pabrikasi bertanggungjawab untuk membuat komponen elektronik utama. Bagian-bagian lainnya dibeli dari pemasok. Semua komponen kemudian dirakit di divisi perakitan. Mempertimbangkan bahwa divisi pabrikasi bersifat intensif mesin sedangkan divisi perakitan cenderung intensif tenaga kerja, maka Amanah Corp. mendasarkan tarif overhead departemental pada jam mesin untuk pabrikasi dan pada jam tenaga kerja langsung untuk perakitan. Berikut ini adalah data departemental untuk tahun 2006:
Pabrikasi
|
Perakitan
|
|
Overhead yang dianggarkan
|
Rp252.000.000
|
Rp108.000.000
|
Aktivitas yang dianggarkan
dan aktual (jam
TK langsung)
|
||
Tanpa Kabel
|
7.000
|
3.000
|
Regular
|
13.000 +
|
77.000
+
|
20.000
|
80.000
|
|
Aktivitas yang dianggarkan
dan actual (jam Mesin)
|
||
Tanpa Kabel
|
4.000
|
1.000
|
Regular
|
36.000
|
9.000
|
40.000
|
10.000
|
(2) Kalkulasi Biaya per Unit: Tarif Pabrik Departemental
Tarif
pabrikasi
|
=
|
Overhead yang dianggarkan
Jam mesin yang dianggarkan
|
=
|
Rp252.000.000
40.000
|
|
=
|
Rp6.300/jam
mesin
|
|
Tarif Perakitan
|
=
|
Overhead yang dianggarkan…….
Jam TK langsung yang dianggarkan
|
=
|
Rp108.000.000
80.000
|
|
=
|
Rp1.350/jam
TK Langsung
|
Overhead yang dibebankan
= (Rp6.300 x jam mesin aktual) + (Rp1.350 x
jam TK langsung)
= (Rp6.300 x 40.000) + (Rp1.350 x 80.000)
= Rp252.000.000 + Rp108.000.000
= Rp360.000.000
Tanpa kabel
|
Reguler
|
|
Biaya utama
|
Rp78.000.000
|
Rp738.000.000
|
Biaya overhead
(Rp1.350 x 3.000)+(Rp6.300
x 4.000)
|
Rp29.250.000
|
|
(Rp1.350
x 77.000)+(Rp6.300 x 36.000)
Total biaya produksi
|
.
Rp107.250.000
|
Rp330.750.000
Rp1.068.750.000
|
Unit Produksi
Biaya per
unit (total biaya/unit)
|
1.000
Rp
107.250
|
10.000
Rp
106.875
|
Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa sistem tarif pabrik menyeluruh dan tarif departemental menghasilkan biaya per unit yang berbeda untuk telepon reguler dan telepon tanpa kabel. Namun perbedaan antara biaya per unit telepon reguler yang diproduksi secara massal dan telepon tanpa kabel yang diproduksi dalam jumlah yang jauh lebih sedikit tidak terpaut terlalu jauh.
Keterbatasan Sistem Akuntansi Tradisional
Seringkali organisasi mengalami hal-hal tertentu yang mengindikasikan bahwa sistem akuntansi biaya sudah ketinggalan jaman, contohnya:- Hasil dari penawaran bisnis sulit dijelaskan
- Harga pesaing tampak begitu rendah dan tidak masuk akal
- Produk-produksi yang memiliki tingkat kesulitan tinggi menunjukkan laba yang tinggi
- Manajer operasional ingin menghentikan produksi dari produk-produknya yang tampaknya menguntungkan
- Marjin laba sulit untuk dijelaskan
- Perusahaan memiliki ceruk pasar yang nampaknya hanya memberi laba tinggi pada perusahaan sendiri
- Pelanggan tidak mengeluh atas kenaikan harga produk-produk khusus
- Departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu untuk memberikan data biaya bagi produk khusus
- Beberapa departemen menggunakan sistem akuntansinya sendiri
- Biaya produk berubah karena perubahan peraturan pelaporan keuangan
Organisasi yang menerapkan sistem biaya tradisional dengan menggunakan tarif overhead pabrik atau departemen seringkali mengalami hal-hal yang disebutkan di atas. Setidaknya ada dua faktor utama yang menyebabkan kegagalan sistem biaya tradisional:
- Menggunakan hanya penggerak biaya aktivitas berdasar unit untuk membebankan biaya overhead yang tidak berkaitan dengan unit akan menimbulkan distorsi biaya produk. Padahal ada banyak penggerak biaya aktivitas berdasarkan non unit (non unit based activity cost driver) yang berperan dalam konsumsi biaya overhead, antara lain: penerimaan pesanan, set up, rekayasa teknik, inspeksi, dll.
- Adanya keragaman produk (product diversity) yang berarti bahwa masing- masing produk mengkonsumsi aktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda.
Activity-Based Costing (ABC)
Sistem biaya berdasar aktivitas menelusuri biaya aktivitas dan kemudian ke produk. Tidak seperti sistem tradisional, ABC menekankan penelusuran langsung dan penelusuran penggerak dengan menekankan hubungan sebab akibat. ABC menggunakan penggerak biaya aktivitas berdasarkan unit maupun non unit. Ada dua prosedur yang digunakan untuk menerapkan ABC, yaitu:
Prosedur Tahap I:
- Identifikasi aktivitas
- Biaya-biaya dibebankan ke aktivitas
- Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis yang: (a) secara logika berkolerasi dan (b) memiliki rasio konsumsi yang sama untuk setiap produk
- Biaya aktivitas yang dikelompokkan dijumlah untuk mendefinisikan kelompok biaya sejenis
- Tarif overhead kelompok dihitung
Prosedur tahap II: biaya dari setiap kelompok overhead ditelusur ke produk
Fokus dari sistem ABC adalah aktivitas sehingga identifikasi aktivitas menjadi langkah pertama dalam ABC. Aktivitas merupakan tindakan-tindakan yang harus diambil atau setiap pekerjaan yang dilakukan. Setelah teridentifikasi, dicari atribut aktivitas untuk menjelaskan dan mengklasifikasikan aktivitas lebih lanjut. Atribut aktivitas (activity attribute) adalah jenis informasi keuangan maupun non keuangan yang menggambarkan setiap aktivitas. Atribut aktivitas digunakan untuk mengelompokkan aktivitas terkait ke dalam kelompok-kelompok yang menjadi landasan bagi pengelompokan biaya sejenis. Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis yang: (a) secara logika berkolerasi dan (b) memiliki rasio konsumsi yang sama untuk setiap produk.
Kumpulan aktivitas diklasifikasikan menjadi salah satu dari empat kategori umum aktivitas berikut ini:
- Tingkat unit: aktivitas yang dilakukan setiap suatu unit diproduksi. Contoh: pengujian produk.
- Tingkat batch: aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch barang diproduksi. Contoh: persiapan, pemeriksaan, jadwal produksi, penanganan bahan.
- Tingkat produk: aktivitas yang dilakukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi perusahaan. Contoh: perubahan rekayasa, pengembangan prosedur pengujian produk, pemasaran produk, rekayasa produk.
- Tingkat fasilitas: aktivitas yang menopang proses umum manufaktur suatu pabrik. Contoh: manajemen pabrik, landscaping, keamanan, pajak kekayaan, dan penyusutan pabrik
Dengan menggunakan kasus Amanah Corporation, berikut ini adalah informasi tambahan terkait dengan rincian aktivitas yang dilakukan selama proses produksi.
Ukuran Penggunaan Aktivitas
Unit
diproduksi/tahun
|
Tanpa Kabel
1.000
|
Regular
10.000
|
Total
|
Biaya Utama
Jam
TK Langsung
|
Rp78.000.000
10.000
|
Rp738.000.000
90.000
|
Rp816.000.000
100.000
|
Jam Mesin
|
5.000
|
45.000
|
50.000
|
Proses
produksi
|
20
|
10
|
30
|
Jumlah Perpindahan
|
60
|
30
|
90
|
Data Biaya Aktivitas
(aktivitas overhead)
Kelompok
tingkat batch
|
Kelompok
tingkat unit
|
||
Persiapan
|
Rp120.000.000
|
Daya
|
Rp100.000.000
|
Penanganan bahan
|
Rp
60.000.000
|
Pengujian
|
Rp 80.000.000
|
Total
|
Rp180.000.000
|
Total
|
Rp180.000.000
|
(3) Kalkulasi Biaya dengan ABC
Tahap I
Kelompok
tk. Batch
Biaya persiapan
Biaya penanganan bahan
Total biaya
Proses produksi
Tarif kelompok
(Biaya per
proses)
|
Rp120.000.000
60.000.000
Rp180.000.000
30
Rp 6.000.000
|
Kelompok
tk. unit
Biaya daya
Biaya pengujian
Total
biaya
Jam mesin
Tarif kelompok (biaya per
jam Mesin)
|
Rp100.000.000
80.000.000
Rp180.000.000
50.000
Rp 3600
|
Tahap II
Tanpa
Kabel
|
Reguler
|
|
Biaya utama
|
Rp78.000.000
|
Rp738.000.000
|
Biaya overhead
Kelompok tk. Batch
(Rp6.000.000 x 20)
(Rp6.000.000 x 10)
|
120.000.000
|
60.000.000
|
Kelompok tk. Unit
|
||
(Rp3.600
x 5.000
(Rp3.600
x 45.000)
|
18.000.000
.
|
162.000.000
|
Total biaya produksi
|
Rp216.000.000
|
Rp 960.000.000
|
Unit
produksi
|
1.000
|
10.000
|
Biaya per
unit
|
Rp 216.000
|
Rp
96.000
|
Hasil kalkulasi biaya produk dengan menggunakan ABC menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan kalkulasi produk menggunakan tarif pabrik maupun tarif departemental. Dengan ABC, biaya telepon tanpa kabel jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biaya telepon reguler, yakni lebih dari dua kali lipatnya. Bandingkan dengan kalkulasi menggunakan tarif pabrik maupun tarif departemental yang menghasilkan biaya telepon tanpa kabel dan biaya telepon reguler yang tidak terpaut terlalu jauh.
Sistem ABC memperbaiki keakuratan biaya produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap ternyata bervariasi secara proporsional dengan perubahan selain volume produksi. Dengan memahami penyebab perubahan, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan perhitungan biaya produk yang kemudian dapat secara signifikan memperbaiki kualitas pengambilan keputusan. Pengetahuan tentang perilaku biaya juga memungkinkan manajer untuk melakukan pengendalian aktivitas dengan lebih baik. Hal ini memungkinkan manajer untuk mengidentifikasi aktivitas mana yang memberi nilai tambah dan aktivitas mana yang tidak. Analisis nilai ini dapat menjadi dasar untuk perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement).